PENGETAHUAN
KETERAMPILAN SAINS, PENGERTIAN KETERAMPILAN SAINS, PROSES PEMBELAJARAN SAINS DAN
METODE,METODELOGI SAINS
A. PENGETAHUAN KETERAMPILAN SAINS, PENGERTIAN
KETERAMPILAN SAINS, PROSES PEMBELAJARAN SAINS
Sains
adalah salah satu
pelajaran yang erat hubungannya dengan teknologi. Belajar fisika tidak lepas dari belajar tentang sains,
karena belajar fisika sama halnya dengan
belajar hakikat sains. (U. Nugroho, Hartono , S. S. Edi. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia 5:2009: 108-112).
Susiwi
(2009) menerangkan bahwa tujuan dari
pembelajaran sains adalah menjelaskan
fenomena alam sekitar. Belajar
sains harus melibatkan siswa pada pengalaman
langsung.
Sejarah ilmu pengetahuan adalah bagian dari sejarah
bagaimana para ilmuwan datang untuk melihat dunia yang mereka pelajari.
Eksperimentasi dan observasi ilmiah datang untuk didefinisikan oleh latihan
dari sebuah proses yang disebut metode ilmiah. Keterampilan yang mendasari premis
yang mengatur metode ilmiah disebut sebagai keterampilan proses sains. (JURNAL
PENDIDIKAN BIOLOGI oleh Aggun Nopitasari)
Keterampilan proses
sains perlu dikembangkan pada
diri siswa karena memiliki beberapa manfaat penting
dalam mempelajari sains. Dimyati dan Mudjiono (2002) menerangkan
mengenai manfaat keterampilan proses
sains yaitu: pertama, ilmu
pengetahuan siswa dapat berkembang dengan
pendekatan keterampilan proses. Kedua, pembelajaran melalui keterampilan
proses akan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja
dengan ilmu pengetahuan. Ketiga, keterampilan
proses dapat digunakan oleh siswa
untuk belajar proses dan sekaligus produk
ilmu pengetahuan.Siswa memperoleh
ilmu pengetahuan dengan baik
karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
Menurut
Funk (1985:xiii, dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:138-139) keterampilan proses
sains memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu
pengetahuan.
Kesimpulan :
Jadi, keterampilan proses sains adalah keterampilan yang mendasari
premis yang mengatur metode ilmiah. Keterampilan-keterampilan proses sains
adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa saat mereka melakukan
inkuiri ilmiah. Mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan
hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses tersebut
adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian, peramalan,
pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan, pengintepretasian data,
melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian
secara operasional, dan perumusan model.Pendekatan keterampilan proses
dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk
membantu mengembangkan kepribadian siswa, dimana kepribadian siswa yang
berkembang ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan kejalur profesi apapun
yang diminatinya.Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu
model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam
tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan.
DAFTAR PUSTAKA
Semiawan, Conny. 1988. Pendekatan
Keterampilan Proses. PT. Gramedia: Jakarta
Moh. Uzer Usman, Drs. 1993. Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
Wijaya, Cece, DRS. 1992. Upaya
Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung
U. Nugroho, Hartono , S. S. Edi. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
5:2009: 108-112
A. METODE, METODELOGI SAINS
Metodologi
diambil dari methodology dan metode berasal dari method.
Methodology didefinisikan
sebagai “a set of system or methods, principles and rules of regulating a
given discipline” (dictionary.com). Sedangkan method artinya: “a
procedure, technique, or way of doing somethings,
especially in accordance with a definite
plan” (dictionary.com).
Metode pertama
kali dikemukakan oleh Aristoteles yang menolak idelalisme plato tentang dunia
ide dan dunia inderawi. Aristoteles menganggap bahwa penelitian adalah proses
induksi-deduksi.
1. Metode
Pembelajaran Sains
Metode pembelajaran sains meliputi
:
a. Metode
eksperimen
Metode eksperimen
banyak digunakan dalam
pengajaran sains dan jarang
sekali diterapkan dalam
ilmu-ilmu sosial. Dalam
metode ini mengajar dikembangkan melalui
pengembangan suatu percobaan
tentang sesuatu aspek pengetahuan yang perlu diverifikasi
atau diuji.
b. Metode
Diskusi
Metode diskusi
merupakan metode mengajar
yang menyajikan bahan-bahan
pembelajaran dalam bentuk
masalah-masalah yang harus
dipecahkan oleh mahasiswa dan
dosennya. Dalam metode
ini dibahas suatu
masalah dan diungkap berbagai
kemungkinan pemecahan atau jalan keluarnya.
c. Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi
merupakan metode mengajar
yang berusaha untuk mengkombinasikan cara-cara
penjelasan lisan seperti
metode ceramah dengan perbuatan yang
berusaha membuktikan atau
memperagakan dengan alat
apa yang dijelaskan secara
lisan. Dalam metode
demonstrasi ada tiga
hal yang ditonjolkan, yaitu
jenis pekerjaan atau
keterampilan, cara pengerjaan,
dan alat-alat untuk
pengerjaannya.
d. Metode
Inkuiri dan Diskoveri
Inkuiri dan
diskoveri dapat dipandang sebagai
pola mengajar yang
memiliki makna yang sama, namun
dapat berbeda sisi tinjauannya. Inkuiri lebih mengarahkan pada proses
penyelidikan, penggalian, pencarian, dan penelaahan sesuatu objek
yang harus dipelajari.
Sedangkan diskoveri mengutamakan
hasil dari penyelidikan, penggalian, pencarian, dan penelaahannya.
KESIMPULAN
Jadi, kesimpulannya metode inkuiri
atau diskoveri dapat
diartikan sebagai pola
mengajar yang membina pemahaman
atas penetahuan, sikap atau keterampilan tertentu melalui penyelidikan, penggalian,
pencarian dan penelaahan suatu objek
yang harus dipelajari. Kedua
metode tersebut memiliki kadar CBSA yang tinggi dan selaras dengan pandangan
pembelajaran modern.
DAFTAR
PUSTAKA
Alpandie, I. (1999). Didaktik
Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha
Nasional.
Pachrudin, E. K. (1989). Proses
Belajar Mengajar : Asas – Strategi – Metode.
Bandung: Jurusan Pendidikan Dunia
Usaha IKIP Bandung.
Rahman, T. (2006).
Pendekatan dan metode dalam Program Pembelajaran
Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Dirjendikti
Depdikbud.
Winarmo, S. (1999). Pengantar
Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
0 komentar:
Posting Komentar